Jika Engkau Mencintai Allah maka Ikutilah Nabi Muhammad

Katakanlah (wahai Muhammad): “Jika kalian mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. 3:31)

Menuntut Ilmu adalah Kewajiban kita

“Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim. (HR. Ibnu Majah)

Tauhid adalah pokok dari agama

Tauhid (Arab :توحيد), adalah konsep dalam aqidah Islam yang menyatakan keesaan Allah. Dibagi atas tauhid rububiyah, uluhiyah dan Asma wa Sifat.

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامَ دِينًا

“ … Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agama-mu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu …” [Al-Maa’idah: 3]

Pemuda Mengubah Dunia

Bila kita buka kembali sejarah bahwa konstatinopel ditaklukkan oleh seorang pemuda, Muhammad Al-Fatih


Ebook Murah Belajar Service Laptop ++

Sunday, October 7, 2012

Dia kok sombong sih?


Sedikit cerita,,,

===
Ada seorang ikhwan yang sedang melangkahkan kakinya menuju pasar, namun dalam satuan langkahnnya ia melihat seorang akhwat berjalan berlawanan arah dengannya. Ternyata akhwat itu adalah azizah, teman sekelasnya. Karena sudah lama tak bertemu dengan teman lama, ikhwan itu langsung menegurnya, “hei, izizah”. Namun jauh dari dugaan, sang akhwat meneruskan perjalanan setelah sedikit menatapnya. Sang ikhwan tiba-tiba membuat keputusan untuk tidak lagi menyapanya. “Sombong banget itu orang, padahal dia temen yang tak pernah ketemu. Ketemu sekali aja, sombong banget.”.

===

Sahabat, mungkin kita sering mendengar orang mengatakan saudaranya atau temannya “sombong”. Tapi apa sih sebenarnya sombong?
Sombong sebagaimana oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam adalah “melecehkan orang lain dan menolak kebenaran” (HR Muslim dan Tirmidzi)

Sombong itu penyakit hati dan bukanlah penyakit fisik, jadi hanyalah Allah-lah yang tahu dan bisa memastikan apakah seseorang mempunyai sifat sombong atau tidak. Jadi sebagai manusia, insan yang banyak salahnya, tidak ada hak untuk mendokrin seseorang bahwa ia telah sombong. Mungkin sombong bisa terlihat dari sikapnya, tapi apakah kita memperhatikan sisi yang lain bahwa orang islam yang baik itu senantiasa hati-hati dalam mengucapkan kata-kata. Jangan sampai kita terlalu buru-buru mengatakan orang lain itu sombong,, jangan,,, karena boleh jadi yang kita katakan itu tidak ada dalam orang yang kita cela. Sombong itu buruk lho, jadi kalau kita mengatakan bahwa orang lain sombong, namun  sebenarnya orang lain itu tidak sombong maka alangkah buruk sekali ucapan itu.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, karena boleh jadi mereka (yang diolok-olokan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok). Dan janganlah pula perempuan mengolok-olok perempuan yang lain, karena boleh jadi perempuan (yang diolok-olokan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Dan janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan jangan memanggil dengan gelaran yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim.” (Qs. Al hujurat:11)

Wahai insan yang Insya Allah tak lelah untuk terus belajar,
Bayangkan bagaimana perasaan orang yang di dikatakan sombong padahal dalam dirinya tidak ada niat sama sekali untuk sombong, terasa sakit kawan. Islam mengajari kita untuk berakhlak mulia, mengingatkan saudara muslim lain yang salah dengan sebaik-baiknya dan menjauhkan diri dari perkataan yang tak benar.

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan  katakanlah perkataan yang benar. (QS Al Ahzab [33]:70)

Jadi, mulailah dari sekarang untuk tidak begitu mudahnya mengatakan bahwa sahabat, saudara ataupun teman kita telah berprilaku sombong sebelum mengetahui secara jelas dan detail sifat dia yang sesungguhnya. Lebih baik bagi kita diam dan selalu husnudzan kepadanya.

Rasulullah saw  bersabda, "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka  hendaklah ia mengatakan yang baik atau diam". (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim.)

Dari penggalan cerita diatas, kita sebagai muslim alangkah tidak tepat mengambil satu kesimpulan dari suatu sikap saudara kita, padahal sangat mungkin bahwa saudara kita bersikap demikian karena ingin menjauhi mudharat. Misalnya, mengapa seorang ikhwan ataupun akhwat tidak menimbal balik sapaan temannya yang bukan mahram di jalan atau dimana saja, karena sangat mungkin bahwa ikhwan/akhwat tersebut menjaga izzah (kemuliaan/kehormatan) nya sebagai kewajiban seorang muslim. Sudah sangat jelas dalam agama kita bahwa antara ikhwan dan akhwat itu ada sekat yang harus senantiasa dijaga, sekali ada celah maka fitnah akan merebak dan ketika merebak maka sangat sulit untuk mengembalikan izzah itu sendiri.
Sahabat, mungkin saudara atau teman kita yang sudah lama tidak bertemu, kita kenal sebagai insan yang (mohon maaf) sering ngobrol dengan lawan jenis, jadi aneh bila ia ketika disapa malah cuek ataupun tidak berbicara lebih lanjut (ngobrol). Ehm... mengapa ya? Alangkah lebih baik kita berbaik sangka dengannya, boleh jadi dia sekarang lebih islami, mempunyai tekad kuat untuk merubah diri untuk senantiasa ittiba’ terhadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Kemudian kita terinspirasi untuk mengikuti langkahnya, merubah diri, bertaubat menuju yang lebih baik.

Jadi kesimpulannya, tak perlulah kita mengatakan sombong atas saudara kita kemudian menceritakan kepada orang-orang, “Dia itu sombong. Lewat aja gak negur. Kalau ditegur aja, pas-pas aja balasnya”, karena itu sudah ghibah. Apalagi kalau yang di ucapkan itu tidak benar, bahkan orang yang dibicarakan itu ingin menegakkan sunnah, maka itu adalah Namimah yang teramat besar dosanya. ‘audzubillah.

Semoga Allah senantiasa membimbing kita untuk berakhlak mulia, tidak berkata melainkan yang benar, bermanfaat bagi diri dan orang lain.

REMPELAS.com Aman dalam Berbagi
DAPAT UANG