A.
ALLAH
MEMANJAKAN KITA
Pernah kita berfikir, mengapa Allah menciptakan kita?
Yang kita ketahui selama ini bahwa Allah menciptakan untuk beribadah hanya
kepada-Nya. Coba kita telusuri lebih dalam bahwa Allah ingin memanjakan kita.
Hal ini tentu sangat jelas, karena Allah adalah Dzat yang Maha Berdiri Sendiri dan
tak lagi butuh dengan apapun di alam jagad raya ini. Walaupun seluruh
makhluknya tidak beribadah kepada-Nya, Allah tetap mempunyai Asmaul Husna yang
tidak ada secuilpun yang berkurang. Karena pada hakikatnya Allah memerintahkan
manusia untuk beribadah kepada-Nya adalah agar manusia bisa kembali menempati
syurga setelah Nabi Adam dan Hawa turun ke dunia.
Allah yang Maha Kaya tidak pernah rugi untuk senantiasa
memanjakan manusia selama hidup di dunia, dengan satu dari seratus rahmat Allah
yang ada di dunia, karunia-Nya tak mampu dihitung-hitung oleh manusia.
Sebagaiamana firman Allah dalam surah An-Nahl ayat 18 :
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat
menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.”
Dunia bukanlah surga namun Allah
memanjakan kita dengan berbagai nikmat yang sangat luas, namun sebagai seorang
muslim kita harus memahami bahwa dunia hanya sementara dan harus yakin bahwa
ada surga di akhirat kelak. Dunia harus dijalani dengan ketaqwaan dengan
sebenar-benar taqwa baik saat mendapatkan nikmat maupun saat mendapatakan
musibah atau ujian. Manusia senantiasa yakin bahwa Allah itu Maha Melihat dan
Pertolongan-Nya sangatlah dekat.
“Dan apabila hamba-hamba-Ku
bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat.
Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka
hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman
kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. (QS. Al-Baqarah : 186)
“Dan
sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan
dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan”. (QS. Al-Isra’ : 70)
Jadi, sudah selayaknya seorang muslim untuk
senantiasa bahagia karena Allah senantiasa memanjakan kita dengan nikmat dan
pertolongan-Nya serta Insya Allah akan memasukkan umat muslim kedalam
syurga-Nya selama tidak mempersekutukan-Nya dengan apapun.
Ada tiga syarat
untuk meraih kebahagiaan seorang muslim :
1.
Berdzikir kepada Allah
Allah memerintahkan kita untuk memerintahkan kita untuk
berdzikir.
“Hai orang-orang
yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang
sebanyak-banyaknya”. (QS. Al-Ahzab : 41)
Berdzikir merupakan tanda seberapa dekat seorang Hamba
Allah dengan Rabb-Nya, Allah ingin agar kita senantiasa selalu dekat dengan-Nya
dan tatkala seorang muslim dekat dengan Allah maka hatinya akan selalu berada
dalam kedamaian dan bahagia.
2.
Jangan
pernah berhenti belajar, menuntut ilmu
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :” Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap
muslim”. (Shahihul Jami’ 3913)
“Ilmu adalah warisan para nabi, para nabi tidaklah
mewariskan emas ataupun dirham, akan tetapi mewariskan ilmu, barang siapa yang
mengambilnya maka telah mengambil bagian yang banyak”. (Shahihul Jami Al Albani
: 6297)
Sunggguh
teramat banyak faedah yang akan kita dapat bila kita faham dalam berilmu terutama dalam ilmu agama Islam. Karena
dengan faqih, maka kita akan terhindar dari kesesatan. Agar menjadi orang
bahagia maka harus berilmu, karena untuk meraih kebahagiaan dunia maupun
akhirat itu ada ilmunya. Berbeda dengan orang-orang yang jahil, di akan bingung dalam menjalani kehidupan bahkan
terkadang arah tujuan hidup dunia, akibatnya sangat mungkin ia akan jatuh dalam
kesusahan dan kebinasaan.
3.
Maafkan
orang lain, bersihkan hati, lapangkan dada
Akhlak yang baik merupakan cerminan baiknya iman
seseorang. Ia tak lagi dipusingkan dengan keburukan-keburukan yang ia terima dari
orang lain karena ia yakin bahwa tugasnya adalah untuk berbuat kebaikan dan
biarlah Allah yang akan membalasnya. Tatkala ia orang lain berbuat salah
kepadanya, hatinya begitu lapang untuk memaafkan karena permasalahan akan
segera berakhir karenanya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
“Dan jika kamu melakukan
pembalasan, balaslah seperti yang mereka lakukan kepadamu. Tetapi jika kamu
bersabar, maka kesabaranmu itu lebih baik bagimu. Dan hendaklah kamu tabahkan
hatimu, dan hendaklah ketabahan hatimu itu karena berpegang kepada Allah.
Jangan pula kamu bersedih hati terhadap perbuatan mereka. Jangan pula kamu
bersesak dada terhadap apa yang mereka rencanakan.” (QS An Nahl :
126-127).
Jika kamu melahirkan sesuatu
kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain),
maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa. (QS. An-Nisa:
149).
Menurut Dr. Frederic Luskin dalam bukunya “Forgive
for Good”, memaafkan memicu terciptanya keadaan baik dalam
pikiran, seperti percaya diri dan harapan serta mengurangi beban kemarahan,
stres, dan penderitaan yang disebabkan olehnya. Secara fisik, kemarahan yang
terpendam lama juga menyebabkan suhu tubuh meningkat dan mempersulit kita
berpikir jernih. Belum lagi gangguan-gangguan kesehatan seperti tekanan
darah tinggi, penyakit jantung, stroke dan lain sebagainya.
Memaafkan orang lain tidak akan mampu bila hatinya
masih kotor sehingga dadanyapun terasa sempit, padahal dengan memaafkan orang
lain sebagai tanda baiknya hati maka banyak kebaikan akan didapatkan baik
jasmaniyah maupun ruhaniyah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
Ketahuilah
bahwa di dalam tubuh ini terdapat segumpal darah. Apabila segumpal darah itu
baik, maka baik pula seluruh anggota tubuhnya. Dan apabila segumpal darah itu
buruk, maka buruk pula seluruh anggota tubuhnya. Segumpal darah yang aku
maksudkan adalah hati.” (Hadis Riwayat Al-Bukhari)
B.
INDAHHNYA BELAJAR AL-QUR’AN
Al-Qur’an merupakan bentuk masdar dari
kata qara’a yang berarti membaca. Sedangkan
secara syariat Al-Qur’aan dalah Kalam Allah SWT yang diturunkan kepada
Rasul dan penutup para Nabi-Nya, Muhammad SAW, yang terdiri atas 60 hizb
(bagian), 30 juz, 114 surah dan 6666 ayat. Al-Qur’an mempunyai berbagai
keutamaan dianataranyas :
a.
Al-Qur’an merupakan
petunjuk manusia
Allah Azza wa Jalla berfirman :
(Al Qur’an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk
serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. Ali – ‘Imraan : 138
Al-Qur’an merupakan lentera bagi orang
yang beriman untuk menerangi jalan kehidupan agar tidak terjerumus dalam
perkara bid’ah dan kesyirikan. Selain itu, cahaya bagi hati sehingga hati
menjadi bersih dari berbagai penyakit, seperti iri, dengki, riya’, dan lain
sebagainya.
b.
Yang didapat oleh
pembacaSabda Rasulullah :
”Bacalah al-Qur’an, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat
nanti memberi syafaat bagi orang yang membacanya.” (H. R. Muslim).
Setiap muslim mempunyai kesempatan yang sama untuk meraih keutamaan ini,
hanya orang-orang yang diberi hidayah oleh Allah yang bersungguh-sungguh untuk
meraihnya. Hendaknya kita tidak menyia-nyiakan keutamaan ini karena syafaat di
hari kiamat adalah hal yang sangat urgen tatkala dosa-dosa kita begitu banyak. Namun,
dalam membaca dalam diatas tidak sekedar membaca melainkan harus dipahami dan
diamalkan.
”Orang yang pandai membaca al-Qur’an akan ditempatkan bersama kelompok
para Malaikat yang mulia dan terpuji. Adapun orang yang terbata-bata dan sulit
membacanya akan mendapat dua pahala.” (H.R Bukhari & Muslim).
”Barangsiapa yang membaca satu huruf Kitabullah maka ia mendapat
satu kebaikan, dan satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipatnya. Aku
tidak mengatakan alif laam miim itu satu huruf, tapi alif itu satu huruf.” (H.R
at-Tirmizi)
Sudah sangat jelas ini bahwa betapa luar biasanya Allah memberikan
keutamaan bagi yang membaca al-Qur’an tak terkecuali bagi yang masih
terbata-bata dalam membacanya.
c.
Yang belajar al-Qur’an
adalah sebaik-baik manusia
Rasulullah bersabda :
”Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Qur’an dan yang
mengajarkannya” (H.R. Bukhari).
Jadi bukan hal yang percuma, apabila satu atau dua kali kita harus untuk
datang ke majelis untuk belajar mengaji, baik cara membacanya, menghafal, atau
mentadaburi arti dan maknanya karena Insya Allah selama dilandasi keikhlasan
dan kesungguhan maka kita akan menjadi orang yang terbaik.
d.
Al-Qur’an merupakan
sumber hukum umat Islam
Allah Subhanahu wa Ta’ala sendiri yang
memerintahkan kita untuk menjadikan al-Qur’an sebagai dasar atau hukum bagi
umat muslim tanpa terkecuali karena dengan menjadikan al-Qur’an sebagai hukum
maka hal itu adalah bukti ketaatan dan meyakini bahwa tidak keraguan kebenaran
serta manfaat didalamnya
”Sesungguhnya Kami telah
menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili
antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah
kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela)
orang-orang yang khianat” (QS. An Nisa’ : 105)
e.
Belajar Al-Qur’an
dikelilingi malaikat, mendapatkan kedamaian, dan
Nabi saw bersabda:
”Tidaklah suatu kaum berkumpul dalam salah satu rumah Allah (masjid) untuk
membaca Kitabullah (al-Qur’an) dan mempelajarinya, melainkan ketenangan jiwa
bagi mereka, mereka diliputi oleh rahmat, dikelilingi oleh para malaikat, dan
Allah menyebut nama-nama mereka di hadapan para Malaikat yang ada di sisi-Nya.”
(H.R Muslim).
C.
TAZKIYATUN NAFS
Tazkiyah secara bahasa adalah masdar dari kata ( زَÙƒَّÙ‰ ) yang berarti ( Ø·َÙ‡َّرَ ) yaitu , mensucikan.
Sedangkan nafs berarti jiwa. Jadi tazkiyatun nafs berarti mensucikan jiwa. Tazkiyatun
nafs dalam pelaksanaan yaitu dengan membersihkan/mensucikan jiwa dari penyakit2
jiwa, kemudian menjaganya agar tetap bersih dan berusaha untuk
meningkatkan kesucian jiwa. Mensucikan jiwa bisa dilakukan
dengan menjalankan ibadah dengan ikhlas dan khusyu’, karena pada hakikatnya rangkaian
ibadah yang diajarkan Allah dan RasulNya telah memuat asas-asas tazkiyatun
nafs dengan sendirinya. Bahkan bisa dikatakan bahwa inti dari ibadah-ibadah
seperti shalat, shaum, zakat, haji dan lain-lain itu tidak lain adalah
aspek-aspek tazkiyah. Salah satu contoh pada pelaksanaan shalat yang
juga terdiri atas aspek tazkiyatunn nafs.
Abu Hurairah radhiyallaahu anhu berkata: Saya telah
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"Bagaimanakah pendapat kamu
kalau di muka pintu (rumah) salah satu dari kamu ada sebuah sungai, dan ia
mandi daripadanya tiap hari lima kali, apakah masih ada tertinggal kotorannya? Jawab sahabat:
Tidak. Sabda Nabi: "Maka demikianlah perumpamaan shalat lima waktu,
Allah menghapus dengannya dosa-dosa". (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Dari hadits di atas nampak sekali bahwa misi utama
penegakan shalat adalah menyangkut tazkiyatun nafs. Artinya, dengan
shalat secara benar (sesuai sunnah), ikhlas dan khusyu', jiwa akan menjadi
bersih, yang digambarkan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam seperti mandi
di sungai lima kali. Sebuah perumpamaan atas terhapusnya kotoran-kotoran dosa
dari jiwa. Secara demikian, bisa kita bayangkan kalau ibadah shalat ini
ditambah dengan shalat-shalat sunnah. Tentu nilai kebersihan jiwa yang diraih
lebih banyak lagi. Demikian pula pada ibadah-ibadah yang lain.
Oleh karena itu, tazkiyatun nafs adalah
hal yang sangat urgen dan harus selalu dilakukan oleh seorang muslim karena
tidak ada manusiapun di dunia ini yang terlepas dari dosa atau kesalahan tak
terkecuali nabi yang mulia Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
D.
ANTARA
ZIONIS DAN YAHUDI
Zionis
adalah gerakan
internasional yang didirikan Theodore Herzg, wartawan yahudi kebangsaan
Austria, “Yahudi bukan agama, yahudi adalah ras tinggi (unggul) yang tak bisa
hidup berdampingan dengan ras lain.” Bahkan dalam salah satu burtukulat,
“Manusia adalah yahudi, yang bukan yahudi adalah layaknya binatang”.
Berdasarkan
dukungan terhadap zionis, Yahudi dibagi atas dua golongan yaitu :
a. Neturei
Karta
Kata Neturei
Karta berasal dari bahas Aram yang secara harfiah berarti Penjaga
Kota. Adapun secara istilah Neturei
Karta adalah organisasi tertua yang
menentang gerakan dan ideologi zionisme. Organisasi ini dimulai pada abad
ke-18, dengan kelompok Yahudi Ortodoks sebagai pelopornya dan dipimpin oleh
rabi Yisroel ben Eliezer (27 Agustus 1698-22 Mei 1760). Neturei Karta kerap
menyebut di mereka sebagai Perserikatan Yahudi Penentang Zionis, dibentuk
secara resmi pada 1935 sebagai reaksi atas munculnya zionisme dan rencana
pembentukan negara Israel. Mereka menilai kaum zionis yang dianggap sekuler,
telah mengotori Tembok Ratapan.
Penolakan Neturei
Karta terhadap zionis bukan berarti mereka tidak ada permusuhan dalam hati
mereka, terutama terhadap Islam. Mereka meyakini bahwa pembentukan negara
Israel hanya diperbolehkan pada saat kedatangan sang juru selamat (Messiah/Imam
Mahdi).
b. Yahudi
pendukung zionisme
Yahudi
yang satu ini adalah pelaku zionis, dimana mereka melakukan penjajahan terhadap
negara-negara di sekitar mereka, terutama negara kaum muslimin. Hati mereka
telah tertanam kebencian terhadap kaum muslimin, sebagaimana firman Allah SWT,
“Sesungguhnya
kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang
yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.” (QS
Al-Maaidah 82)
Syaikh as-Sa’dirahimahullah mengatakan,
“Secara umum, kedua kelompok inilah golongan manusia yang paling besar dalam
memusuhi Islam dan kaum muslimin dan paling banyak berusaha mendatangkan bahaya
kepada mereka. Hal itu karena sedemikian keras kebencian orang-orang itu kepada
mereka (umat Islam) yang dilatar belakangi oleh sikap melampaui batas,
kedengkian, penentangan, dan pengingkaran (mereka kepada kebenaran).” (Taisir al-Karim ar-Rahman, hal.
220).
“Orang-orang
Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama
mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang
benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah
pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong
bagimu.” (QS. Al-Baqarah 120)
“Dan mereka senantiasa memerangi kalian agar kalian
mau murtad dari agama kalian kalau saja mereka mampu melakukannya. Barangsiapa
di antara kalian yang murtad dari agamanya kemudian mati dalam keadaan kafir,
maka mereka itulah orang yang terhapus amal-amal mereka di dunia dan di
akhirat. Dan mereka itulah para penghuni neraka, mereka kekal berada di
dalamnya.” (QS.
al-Baqarah : 217).
Oleh sebab itu
tidak semestinya, bahkan haram hukumnya bagi umat Islam memberikan loyalitas
mereka kepada musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya. Allah ta’ala berfirman :,
“Tidak akan kamu temukan suatu kaum yang beriman
kepada Allah dan hari akhir justru berkasih sayang dengan orang-orang yang
memusuhi Allah dan rasul-Nya, meskipun orang-orang itu adalah ayah-ayah mereka,
anak-anak mereka, saudara-saudara mereka, atau kerabat mereka. Mereka itulah
orang-orang yang telah ditetapkan Allah keimanan di dalam hati mereka, dan
Allah mengokohkan mereka dengan pertolongan dari-Nya, dan Allah akan memasukkan
mereka ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka
kekal di dalamnya. Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya.
Mereka itulah golongan Allah, ketahuilah sesungguhnya golongan Alah sajalah
yang benar-benar mendapatkan kemenangan.” (QS. al-Mujadilah : 22).
Berdasarkan ayat
yang mulia ini, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah mengatakan dalam
kitabnya yang sangat masyhur Tsalatsatul Ushul,
“Barangsiapa
yang menaati rasul dan mentauhidkan Allah, maka tidak boleh baginya memberikan
loyalitas (pembelaan dan kecintaan) kepada orang-orang yang memusuhi Allah dan
rasul-Nya, meskipun orang itu adalah kerabat yang paling dekat.”
E.
MENGEJAR
KEMENANGAN DALAM FASTABIQUL KHAIRAT
Fastabiqul khairat secara harfiah memiliki arti berlomba-lomba dalam
kebaikan. Anjuran ini tertuju baik bagi laki-laki maupun perempuan. Manusia
diperintahkan untuk berlomba dalam berbuat kebajikan terhadap manusia dan alam sekitarnya.
Dalam Islam, istilah fastabiqul khairat ini merujuk pada firman
Allah :
“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya
(sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat)
kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian
(pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS.
Al-Baqarah :148)
Jadi sangat jelas dari ayat diatas bahwa hendaknya umat muslim
untuk memacu diri dalam berlomba-lomba
dalam berbuat kebaikan sebagai bukti ketaqwaan kepada Allah subhanahu wa
ta’ala. Hendaknya kita sebagai umat muslim menjadikan dunia ini sebagai medan
juang untuk meraih kemenangan, yaitu surga yang telah Allah janjikan bagi
orang-orang yang bertaqwa kepada Allah. Bila banyak orang menjadikan
barang-barang dunia sebagai bahan koleksinya, hendaknya umat muslim menjadikan
pahala dan kebaikan sebagai koleksinya sebagai bahan bekal untuk kehidupan di
akhirat.
Berlomba-lomba dalam kebaikan bukan berarti tidak adanya tolong
menolong dalam menuju kebaikan, karena Allah sendiri yang memerintahkan untuk
tolong menolong dalam kebaikan dan menjauhi dalam berbuat keburukan.
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat
siksa-Nya. (QS. Al-Maidah : 2)
Menurut Ibnu Katsir, berdasarkan redaksinya, ayat ini memiliki
makna umum, yaitu bagi semua hamba agar senantiasa tolong menolong dalam
melakukan kebaikan dan mencegah kemungkaran sebagai realisasi dari takwa. Sebaliknya,
jangan sampai seorang hamba berbuat kebatilan (kemunkaran) yang akan melahirkan
dosa dan permusuhan bagi sesama manusia.
F.
KHAIRU UMMAH (UMMAT TERBAIK)
Khairu ummah atau umat
terbaik pada intinya adalah umat yang mati dalam keadaan yang terbaik (khusnul
khatimah) karena percuma saja dalam hidupnya berbuat baik numun menjelang
kematian ia menjadi kafir. Menjadi khairu ummah dapat disimpulkan berjuang
untuk mati dalam keadaan yang terbaik, yaitu baiknya iman dan taqwa.
Selain itu, umat islam dalam
hidupnya merupakan umat terbaik, sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla :
“Adalah kamu
sebaik-baik umat yang diutus untuk manusia menyuruh berbuat baik (ma’ruf) dan
mencegah dari perbuatan munkar dan beriman kokoh kepada Allah…” (QS. Ali ‘Imran
: 110)
“Pada hari ini
telah Ku sempurnakan untukmu agamamu dan telah Ku sempurnakan atas kamu
nikmat-Ku dan telah Ku ridhai Islam sebagai agamamu”. (QS. Al-Maidah : 5)
Menjadi
umat terbaik maka menjadikan hidup dunia sebagai ladang-ladang yang harus
ditanam dengan kebaikan dan ketaqwaan yang hasilnya akan dipetik tatkala ia
telah meninggalkan dunia. Karena dunia pada hakikatnya adalah persinggahan yang
tak lama akan ditinggalkan jadi harus dimanfaatkan untuk menjadi umat terbaik
yaitu mempunyaii derajat yang tinggi dihadapan Allah Azza wa Jalla. Umat
terbaik tak lepas dari agama yang sempurna yaitu agama Islam yang dibawa nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Agama Islam sudah sempurna sehingga
tidak tidak perlu lagi ditambahkan atau dikurangi, namun kenyataannya sekarang
sekolompok orang dari umat muslim dengan sengaja melakukan amalan-amalan yang
tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah (bid’ah) seolah-olah amalan-amalan
mereka lebih baik dari ajaran yang telah dibawa oleh Rasulullah dan sudah di
nyatakan oleh Allah dalam surah Al-Maidah ayat 5. Hal ini menjadikan mereka
merugi karena telah menyelisihi ajaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam,
“Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah perkataan
Allah dan sesungguhnya sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan seburuk-buruk perkara adalah yang
diada-adakan, ketahuilah sesungguhnya setiap yang diada-adakan adalah bid’ah
dan setiap bid’ah adalah sesat dan setiap kesesatan ada di neraka.”
(Dikeluarkan oleh Ibnu Wadhdhah dalam Al-Bida’ hal.13 dan
Al-Laalikaa`iy hadits ke 100 (1/84))
Namun, yang perlu perlu diperhatikan bahwa dalam umat
islam ada umat yang terbaik (dalam umat islam) yaitu sebagaimana sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :
“Sebaik-baik manusia adalah generasiku (para
sahabat) kemudian generasi sesudahnya (para tabi’in) kemudian generasi
sesudahnya (para pengikut tabi’in)”. (Muttafaqun ‘alaihi)
======
Catatan ini
merupakan ilmu yang diberikan ustadz di Majelis Ta’lim Salman ITB. Adapun
karena terkadang waktu yang terbatas, ketidakhadiran, ataupun materi yang
terlewat maka saya lengkapi dengan referensi website dan ebook islam serta
Jazakallah khair buat akhina yang membantu untuk melengkapi catatan yang
terlewat.
Referensi
: